Minggu, 06 September 2020

Nalar Teori Konspirasi tentang Covid-19

 


         Pandemi virus corona berjenis covid-19 saat ini telah menyebabkan krisis multi dimensi baik di sektor Kesehatan, ekonomi, sosial, politik, dan lain sebagainya. Namun, di antara berbagai krisis tersebut yang juga perlu dicermati adalah munculnya krisis nalar. Hal ini terjadi, karena akhir-akhir ini banyak perbincangan teori konspirasi tentang covid-19. Bagi Sebagian orang, alih-alih sibuk bagaimana cara menyikapi dan menghadapi wabah covid-19, yang ada malah mempercayai dan menyebarluaskan teori konspirasi ini. Teori konspirasi selalu muncul dalam kehidupan manusia dengan segala problematinya, tidak hanya pada saat pandemi seperti sekarang, tapi juga pada masa-masa sebelumnya. Banyak orang tertarik membicarakan teori konspirasi karena penasaran atau mungkin juga tidak menemukan jawaban dan penjelasan mengapa pandemi covid-19 ini terjadi.

            Beberapa teori konspirasi tentang covid-19 mengatakan bahwa virus corona covid-19 ini merupakan senjata biologis China yang bocor di laboratorium di Wuhan. Sedangkan China meyakini bahwa virus corona ini dibawa oleh tantara Angkatan darat Amerika yang sedang latihan di Wuhan. Ada juga yang percaya bahwa virus corona ini berasal dari luar angkasa yang dibawa oleh meteor yang meledak di China. Sebagiannya lagi menuding bahwa adanya aktor intelektual di balik terjadinya pandemi virus covid-19 di dunia ini yaitu Bill Gates. Pendiri Microsoft ini dituduh karena pada tahun 2015 sudah membicarakan kemungkinan munculnya virus corona di masa depan dan telah menggelontorkan dana 3 triliun rupiah untuk penelitian dan penemuan vaksin virus ini. Dan yang terbaru adalah drummer Superman Is Dead (SID), Jerinx, yang menyakini bahwa visrus corona merupakan teori konspirasi belaka, bahkan menantang untuk disuntik virus corona untuk membuktikan kebenarannya.

            Beredarnya beberapa teori konspirasi di atas sudah dibantah oleh banyak pakar di bidangnya. Seperti kata Kristian Andersen, seorang profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research bahwa virus covid-19 berasal dari proses alami dan ditularkan dari hewan seperti kelelawar. Pernyataan ini membantah bahwa virus covid-19 adalah senjata biologis China untuk menyerag negara lain. Seorang spesialis penyakit menular Dominic Sparkes dari University College London juga mengatakan bahwa Covid-19 ini serupa dengan SARS dan MERS yang merupakan virus dari binatang, jadi bukan dari ruang angkasa. Bahkan Komunitas Intelijen Amerika Serikat menyebutkan Covid-19 bukan buatan manusia atau dimodifikasi secara genetis, untuk menyanggah tudingan Donald Trump. Dan masih banyak lagi bantahan-bantahan terhadap teori konspirasi oleh para pakar lainnya.

            Penyebaran teori konspirasi bisa makin massif karena di dukung oleh mudahnya akses media sosial. Siapa saja yang meyakininya dengan mudah menyebarluaskan terutama kepada teman dan kerabat dekatnya. Sedang orang yang menerima pesan teori konspirasi ini seringkali menerima begitu saja tanpa mau mengkroscek kebenarannya.  Pesan-pesan tentang teori konspirasi seperti ini seringkali berseliweran di beranda media sosial kita, bertumpang-tindih dengan berita-berita hoax lainnya tentang virus covid-19. Mudahnya akses informasi ini pada satu sisi memberi kita beragam informasi, tapi pada sisi lain karena lemahnya filter kita terhadap informasi yang kita terima, semakin membuat kita bingung bahkan cemas karenanya.

            Menurut beberapa ahli munculnya teori konspirasi yang dipercaya oleh banyak orang disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, banyak orang yang mengandalkan akal rasional saja dan mengabaikan fakta empiris. Tipikal seperti ini biasanya seseorang hanya mengutak-atik gathuk tentang suatu peristiwa atau fenomena. Bahasa kerennya mungkin adalah cocokologi, yaitu, menjelaskan sesuatu dengan cara mencocok-cocokkan saja tapi tidak mampu menyajikan bukti empiris untuk mendukung argumentasinya. Dalam kehidupan sehari-hari orang seperti ini biasanya keras kepala, hanya meyakini dirinya sendiri tanpa mengindahkan penjelasan dari orang lain. Kedua, mengurangi ketidak pastian. Tidak semua peristiwa di dunia ini ada jawaban dan penjelasannya. Sama dengan pandemi virus corona saat ini, banyak kalangan masih belum bisa memastikan apa penyebab munculnya virus corona ini dan vaksin apa sebagai penawarnya. Munculnya teori konspirasi ini bagi sebagian orang menjadi jawabatan dari kabut misteri yang menyelimutinya walaupun itu semu. Ketiga, bisa jadi teori konspirasi ini hanya pengalihan isu dari kondisi yang dihadapi oleh Sebagian orang dan kalangan. Seperti tuduhan Donald Trump bahwa virus corona ini merupakan akibat dari kebocoran laboratorium di Wuhan, dan China harus bertanggung jawab untuk itu. Tuduhan ini selalu diulang-ulang yang bagi sebagian orang dianggap sebagai pengalihan isu oleh Trump, karena tidak mampu mengatasi pandemi covid-19 di Amerika. Amerika sendiri sekarang menjadi negara yang paling terpapar virus corona dimana yang positif kena covid-19 sudah lebih dari 1 juta orang dan meninggal lebih dari 60.000 orang. Teori konspirasi inipun juga digaungkan oleh China, karena tidak mau dituduh sebagai biang keladi oleh Amerika, menuduh balik Amerika bahwa virus corona ini dibawa tantara Amerika yang dating ke Wuhan. Sehingga yang terjadi adalah perang opini antara Amerika dan China sebagai kelanjutan dari perang dagang antar keduanya untuk berebut pengaruh di mata internasional.

            Kepercayaan sebagian orang tentang teori konspirasi covid-19 ini bisa membahayakan bagi orang lain apalagi dilakukan oleh seorang publik figur. Kalau orang mempercayainya sendiri tanpa menyebarluaskan pada orang lain mungkin masih bisa dimaklumi. Kita bisa membayangkan kalau seseorang tidak mempercayai bahayanya penularan virus covid19, maka dia akan mengabaikan protocol Kesehatan. Seperti keluar rumah tidak memakai masker, bertemu orang lain tanpa menjaga jarak, mengabaikan imunitas tubuh, tetap mudik ke kampung halaman walau sudah dilarang pemerintah dan lain sebagainya. Jika ini dilakukan oleh seorang publik figur, maka perilaku ini bisa diikuti oleh para pengikutnya atau orang yang sependapat dengannya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka kita sebaiknya harus hati-hati terhadap setiap isu-isu yang tidak jelas sumbernya, hindari membaca berita hoax, kritis terhadap teori konspirasi. intinya kita harus cermat dalam menerima setiap informasi apalagi tanpa disertai bukti dan fakta pendukungnya.

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar