Pandemi virus corona berjenis covid-19 saat ini telah menyebabkan
krisis multi dimensi baik di sektor Kesehatan, ekonomi, sosial, politik, dan
lain sebagainya. Namun, di antara berbagai krisis tersebut yang juga perlu
dicermati adalah munculnya krisis nalar. Hal ini terjadi, karena akhir-akhir
ini banyak perbincangan teori konspirasi tentang covid-19. Bagi Sebagian orang,
alih-alih sibuk bagaimana cara menyikapi dan menghadapi wabah covid-19, yang
ada malah mempercayai dan menyebarluaskan teori konspirasi ini. Teori
konspirasi selalu muncul dalam kehidupan manusia dengan segala problematinya,
tidak hanya pada saat pandemi seperti sekarang, tapi juga pada masa-masa
sebelumnya. Banyak orang tertarik membicarakan teori konspirasi karena
penasaran atau mungkin juga tidak menemukan jawaban dan penjelasan mengapa
pandemi covid-19 ini terjadi.
Beberapa
teori konspirasi tentang covid-19 mengatakan bahwa virus corona covid-19 ini
merupakan senjata biologis China yang bocor di laboratorium di Wuhan. Sedangkan
China meyakini bahwa virus corona ini dibawa oleh tantara Angkatan darat
Amerika yang sedang latihan di Wuhan. Ada juga yang percaya bahwa virus corona
ini berasal dari luar angkasa yang dibawa oleh meteor yang meledak di China.
Sebagiannya lagi menuding bahwa adanya aktor intelektual di balik terjadinya
pandemi virus covid-19 di dunia ini yaitu Bill Gates. Pendiri Microsoft ini
dituduh karena pada tahun 2015 sudah membicarakan kemungkinan munculnya virus
corona di masa depan dan telah menggelontorkan dana 3 triliun rupiah untuk
penelitian dan penemuan vaksin virus ini. Dan yang terbaru adalah drummer
Superman Is Dead (SID), Jerinx, yang menyakini bahwa visrus corona merupakan
teori konspirasi belaka, bahkan menantang untuk disuntik virus corona untuk
membuktikan kebenarannya.
Beredarnya
beberapa teori konspirasi di atas sudah dibantah oleh banyak pakar di
bidangnya. Seperti kata Kristian Andersen, seorang profesor imunologi dan
mikrobiologi di Scripps Research bahwa virus covid-19 berasal dari proses alami
dan ditularkan dari hewan seperti kelelawar. Pernyataan ini membantah bahwa
virus covid-19 adalah senjata biologis China untuk menyerag negara lain.
Seorang spesialis penyakit menular Dominic Sparkes dari University College
London juga mengatakan bahwa Covid-19 ini serupa dengan SARS dan MERS yang
merupakan virus dari binatang, jadi bukan dari ruang angkasa. Bahkan Komunitas
Intelijen Amerika Serikat menyebutkan Covid-19 bukan buatan manusia atau
dimodifikasi secara genetis, untuk menyanggah tudingan Donald Trump. Dan masih
banyak lagi bantahan-bantahan terhadap teori konspirasi oleh para pakar lainnya.
Penyebaran
teori konspirasi bisa makin massif karena di dukung oleh mudahnya akses media
sosial. Siapa saja yang meyakininya dengan mudah menyebarluaskan terutama
kepada teman dan kerabat dekatnya. Sedang orang yang menerima pesan teori konspirasi
ini seringkali menerima begitu saja tanpa mau mengkroscek kebenarannya. Pesan-pesan tentang teori konspirasi seperti
ini seringkali berseliweran di beranda media sosial kita, bertumpang-tindih
dengan berita-berita hoax lainnya tentang virus covid-19. Mudahnya akses
informasi ini pada satu sisi memberi kita beragam informasi, tapi pada sisi
lain karena lemahnya filter kita terhadap informasi yang kita terima, semakin
membuat kita bingung bahkan cemas karenanya.
Menurut
beberapa ahli munculnya teori konspirasi yang dipercaya oleh banyak orang
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, banyak orang yang mengandalkan akal
rasional saja dan mengabaikan fakta empiris. Tipikal seperti ini biasanya
seseorang hanya mengutak-atik gathuk tentang suatu peristiwa atau fenomena.
Bahasa kerennya mungkin adalah cocokologi, yaitu, menjelaskan sesuatu dengan
cara mencocok-cocokkan saja tapi tidak mampu menyajikan bukti empiris untuk
mendukung argumentasinya. Dalam kehidupan sehari-hari orang seperti ini
biasanya keras kepala, hanya meyakini dirinya sendiri tanpa mengindahkan penjelasan
dari orang lain. Kedua, mengurangi ketidak pastian. Tidak semua peristiwa di
dunia ini ada jawaban dan penjelasannya. Sama dengan pandemi virus corona saat
ini, banyak kalangan masih belum bisa memastikan apa penyebab munculnya virus
corona ini dan vaksin apa sebagai penawarnya. Munculnya teori konspirasi ini
bagi sebagian orang menjadi jawabatan dari kabut misteri yang menyelimutinya
walaupun itu semu. Ketiga, bisa jadi teori konspirasi ini hanya pengalihan isu
dari kondisi yang dihadapi oleh Sebagian orang dan kalangan. Seperti tuduhan
Donald Trump bahwa virus corona ini merupakan akibat dari kebocoran
laboratorium di Wuhan, dan China harus bertanggung jawab untuk itu. Tuduhan ini
selalu diulang-ulang yang bagi sebagian orang dianggap sebagai pengalihan isu
oleh Trump, karena tidak mampu mengatasi pandemi covid-19 di Amerika. Amerika sendiri
sekarang menjadi negara yang paling terpapar virus corona dimana yang positif
kena covid-19 sudah lebih dari 1 juta orang dan meninggal lebih dari 60.000
orang. Teori konspirasi inipun juga digaungkan oleh China, karena tidak mau
dituduh sebagai biang keladi oleh Amerika, menuduh balik Amerika bahwa virus
corona ini dibawa tantara Amerika yang dating ke Wuhan. Sehingga yang terjadi
adalah perang opini antara Amerika dan China sebagai kelanjutan dari perang
dagang antar keduanya untuk berebut pengaruh di mata internasional.
Kepercayaan
sebagian orang tentang teori konspirasi covid-19 ini bisa membahayakan bagi
orang lain apalagi dilakukan oleh seorang publik figur. Kalau orang
mempercayainya sendiri tanpa menyebarluaskan pada orang lain mungkin masih bisa
dimaklumi. Kita bisa membayangkan kalau seseorang tidak mempercayai bahayanya
penularan virus covid19, maka dia akan mengabaikan protocol Kesehatan. Seperti
keluar rumah tidak memakai masker, bertemu orang lain tanpa menjaga jarak,
mengabaikan imunitas tubuh, tetap mudik ke kampung halaman walau sudah dilarang
pemerintah dan lain sebagainya. Jika ini dilakukan oleh seorang publik figur,
maka perilaku ini bisa diikuti oleh para pengikutnya atau orang yang sependapat
dengannya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka kita sebaiknya
harus hati-hati terhadap setiap isu-isu yang tidak jelas sumbernya, hindari
membaca berita hoax, kritis terhadap teori konspirasi. intinya kita harus
cermat dalam menerima setiap informasi apalagi tanpa disertai bukti dan fakta
pendukungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar